Pada
zaman itu, bangsa Babilonia mengalami perkembangan yang pesat. Bangsa Babilonia
adalah bangsa yang tidak mempercayai Allah, mereka justru menyembah
bintang-bintang. Seiring berjalanya waktu, bintang-bintang yang mereka anggap sebagai
Tuhan ternyata memiliki pesaing, yaitu Raja Raja Namrud.
“Siapakah
Tuhan kalian?”
“Engkau wahai Raja Namrud yang
agung, engkau wahai Raja Namrud yang agung”.
Raja
Namrud memberikan hadiah bagi siapapun yang selalu mengagungkanya. Raja Namrud
benar-benar dipercaya oleh semua kaum Babilonia bahwa dia adalah Tuhan yang
hebat.
Pada awal
pemerintahanya, Raja Namrud memerintah dengan penuh keadilan dan kebijaksanaan.
Namun, lambat laun, kesombongan merasuki pikiranya. Dia sangat ingin menjadikan
dirinya sebagai Tuhan. Dan diapun akhirnya menjadikan dirinya sebagai Tuhan.
Dia
menghendaki, posisinya barunya sebagai Tuhan ini di sebarluaskan dan diketahui
di seluruh wilayah Babilonia. Semua kaum harus menerimanya sebaai Tuhanya dan
harus menyembahnya. Tak peduli apa yang diperintahkanya, semua harus dipatuhi.
Kemudian,
pada sebuah pertamuan agung para peramal bintang-bintang menyampaikan,
“Wahai Tuhanku raja Raja Namrud,
sebagimana kami lihat dari posisi bintang-bintang di negeri ini. Tahun ini,
akan lahir seorang bayi laki-laki yang akan mengajak kaum pada agama baru, bayi
ini juga akan meruntuhkan kerajaanmu. Dengarkanlah perkataan kami.”
“Kami memberikan peringatan ini
agar engkau dapat mengambil tindakan yang benar.”
Raja Namrud pun gusar dengan
kabar tersebut.
“Apa yang kalian katakan? Apa
kalian tidak sadar dengan apa yang kalian bicarakan? Aku adalah Tuhan! Dan aku
adalah raja atas segala yang ada di langit dan dibumi ini! Akulah yang memberi
hidup dan mati bagi kalian!”
Setelah
kejadian tersebut, Raja Namrud memrintahkan kepada prajuritnya agar seluruh
bayi laki-laki yang dilahirkan harus dibunuh.
Disudut
kota Babilonia, tinggalah seorang pembuat patung yang bernama Azar. Dia sangat
menghormati para dewa dan juga Raja Namrud. Akan tetapi, dia sangat bingung
dengan perintah Raja Namrud karena istrinya sedang hamil. Dia sangat kawatir
apabila prajurit Raja Namrud akan menyerbu dirinya. Pada akhirnya, Azar
memutuskan untuk membawa istrinya keluar dari wilayah Babilonia dan tinggal di
sebuah goa sampai anak tersebut lahir dan perintah kejam itu dicabut.
Para
prajurid Raja Namrud mendatangi setiap rumah yang diketahui ada ibu yang baru
melahirkan. Semua digeledah. Demikianlah kebrutalan telah menyebar ke seluruh
Babilonia selama bertahun-tahun hingga dikira sudah tidak ada bayi laki-laki
yang tersisa di negeri itu. Dengan bangga para prajurit memberikan kabar kepada
Raja Namrud bahwa semua bayi laki-laki telah dibunuh. Raja Namrud sangat
gembira pula atas kabar yang didengarnya. Dia bertindak bagaikan monster yang
baru meminum darah. Dia tidak tahu bahwa Allah memiliki rencana lain.
Ditempat
lain, di sebuah goa yang gelap, lahirlah seoreng bayi laki-laki yaitu Nabi
Ibrahim. Sang ayah yang takut akan kekejaman Raja Namrud telah meninggalkan
ibunya di gua itu sendirian.
Tahun
demi tahun berlalu dengan cepat. Nabi Ibrahim pun tumbuh menjadi anak yang
pandai dan cerdas. Suatu ketika dia bertanya kepada ibunya,
“Ibu, tolong ceritakan siapa Tuhanku?”
“Apa??”
Sang ibu
terkejut dengan pertanyaan tersebut, dia tidak tahu bagaimana harus menjawab.
“Akulah Tuhanmu, nak”
Nabi
Ibrahim pun semakin penasaran dengan jawaban tersebut.
“Jika ibu adalah Tuhanku, maka Tuhan
ibu siapa?”
“Sudah pasti ayahmu”. Jawab sang ibu.
“Lalu siapa Tuhanya ayah?”
“Pertanyaan macam apa itu
anakku?”. Sang ibu mulai bingung harus menjawab apa lagi. “Namrudlah Tuhan
ayahmu”
“Lalu Tuhanya Raja Namrud siapa,
ibu?”
Sang
ibu sungguh kebingungan, dia tidak mampu lagi menjawabnya.
Waktu
berlalu, untuk pertama kalinya Nabi Ibrahim keluar dari goa. Dia merasa takjub
ketika melihat matahari, seakan dia telah menemukan Tuhan yang selama ini dia
cari. Nabi Ibrahim memperhatikan matahari sepanjang hari. Ketika matahari
tenggelam, hilanglah ketakjuban dan kepercayaan Nabi Ibrahim bahwa matahari
adalah Tuhanya.
Nabi
Ibrahim terpukau kembali ketika menyaksikan bulan yang berkilau di malam hari
dan mengira itulah Tuhanya. Namun ketika dia bangun di pagi hari, dia menjadi
kecewa karena bulan telah menghilang.
“Bearti
bukan itu Tuhanku. Tuhan tidak mungkin pergi dan menghilang.”
Nabi
Ibrahim selalu termenung mencari siapakah Tuhanya. Hingga akhirnya dia
mengetahui bahwa Allah lah Tuhan semesta Alam ini.
Beberapa
tahun kemudian, Nabi Ibrahim kembali ke Babilonia. Pada saat itu Raja Namrud
berada pada puncak kejahiliahan. Mereka menyembah patung-patung yang tidak bisa
melakukan apapun. Yang lebih mengecewakan lagi yaitu ketika Nabi Ibrahim
mengetahui bahwa ayahnya adalah salah seorang dari pembuat patung-patung
tersebut.
Nabi
Ibrahim kemudian mulai melakukan dakwahnya menyampaikan agama Allah. Dia selalu
berdoa kepada Allah agar selalu diberi kekuatan dalam menghadapi orang-orang
Babilonia yang selalu menentangnya.
“Mengapa patung-patung itu
disembah? Padahal patung tersebut tak dapat mendengar dan melihat, apalagi
menghidupkan dan mematikan. Apakah itu yang dinamakan TUHAN?? Sadarlah wahai kaum
Babilonia”
Semua
kaum Babilonia tidak bisa menerima semua ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Ibrahim, bahkan mereka menganggap Nabi Ibrahim adalah orang gila. Nabi Ibrahim
sangat sabar dengan perlakuan mereka. Karena dia memiliki semua kebaikan dan
kebajikan sebagai seorang Rasul.
Puncak
keberanian Nabi Ibrahim yaitu ketika kaum Babilonia beserta Raja Namrud keluar
untuk melaksanakan acara keagamaanya. Ketika Nabi Ibrahim berjalan menyusuri
jalan di Babilonia setelah menolak ajakan untuk menghadiri acara tersebut,
sampailah Nabi Ibrahim di sebuah rumah, yaitu rumah berhala yang terbesar
dikota itu. Dengan membawa sebuah kapak, Nabi Ibrahim mulai menghancurkan
berhala-berhala tersebut.
“Laailaahaillallaah !!”
“TIDAK ADA YANG
PATUT DISEMBAH SELAIN ALLAH!!”
“Buktikanlah
bahwa kalian adalah Tuhan-Tuhan yang memiliki kekuatan!!”
“TAHANLAH
AKU!!”
“MANA KEKUATAN
KALIAN??”
“Mereka adalah orang-orang
bodoh yang telah menyembah kalian Tuhan palsu yang tak bisa berbuat apa-apa”
Tetapi Nabi Ibrahim tidak menghancurkan patung berhala yang
terbesar. Beliau mengalungkan kapaknya di leher berhala tersebut sebagai contoh
dan pembelajaran bagi kaum Babilonia.
Pada saat itu
terjadi kegemparan di Babilonia, karena hancurnya semua berhala-berhala. Kaum
Babilonia tidak menyadari bahwa patung-patung yang mereka sembah tidak dapat
melindungi diri mereka sendiri.
Kaum Babilonia
dan Raja Namrud sangat marah kepada Nabi Ibrahim. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh
Raja Namrud,
“Wahai Ibrahim,
engkaukah yang menghancurkan patung-patung ini?”
Nabi Ibrahim
menjawab dengan tenang,
“Bukan, patung besar
itulah yang telah menghancurkanya. Lihatlah kapak dilehernya”
Medengar jawaban tersebut Raja Namrud semakin marah.
“Mana bisa patung semacam itu bisa berbuat?”
“Kalau tidak bisa berbuat apapun, kenapa engkau
sembah?”
Dengan tidak banyak berkata lagi, Raja Namrud memerintah
kaumnya untuk membakar Nabi Ibrahim hidup-hidup. Namun, berkat kekuasaan Allah,
Nabi Ibrahim tidak merasakan panas dan selamat dari api tersebut.
Allahu Akbar!!
Ingatlah
kawan, tidak ada yang patut di sembah kecuali Allah.
Silakan share, jangan lupa cantumkan link blognya ☺