Perkembanga merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan
dari segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Perubahan suatu fungsi
adalah disebabkan oleh pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya itu,
disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar.[1]
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan
prilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis didalam
lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Oleh Havighurst
perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani,
dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan
perkataan lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus tempuh.[2]
Ada beberapa aliran yang membahas mengenai perkembanga
manusia diantaranya (a) Aliran Nativisme, (b) Aliran Empirisme, (c) Hukum
Konvergensi.
Aliran nativisme berpendapat bahwa segala perkembangan itu
telah ditentukan oleh faktor – faktor yang dibawa sejak lahir. Yang ditekan kan
disini adalah bahwa pembawaan pada waktu lahir itulah yang menentukankan hasil
perkembangan. Menurut aliran nativisme pendidikan tidak bisa mengubah sifat –
sifat pembawaan.
Aliran Empirisme mempunyai
pendapat yang berlawanan dengan kaum Netivisme. Mereka berpendapat bahwa
dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterima sajak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja ( kearah yang baik maupun kearah yang
buruk )
Hukum konfergensi yang berasal dari William Strem
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua – duanya menentukan
perkembangan manusia.[3]
Dibawah ini akan dipaparkan Faktor – Faktor yang
mempengaruhi perkembangan Individu sebagai berikut :
A. Faktor Luar (
Eksternal )
Faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu dibagi
menjadi dua macam yaitu faktor lingkungan Nonsosial atau fisik dan faktor
lingkunagan sosial
a. Fisik
Yang dimaksud faktor fisik disini adalah lingkungan yang
perupa fisik yang ada disekitar seperti
cuaca, iklim geografis, keadaan alam atau keadaan rumah di individu.[4]
1. Cuaca, iklim
Cuaca, iklim akan dapat mempengaruhi perkembangan indifidu
dalam proses belajar, misalnya iklim yang terlalu panas akan mempengaruhi
kegairahan belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk akan
menunjang proses belajar.[5]
2. Geografis atau
keadaaan alam atau keadaan rumah
Letak geografis atau keadaan alam atau keadaan rumah juga
dapat mempengaruhi perkembangan individu. Misalnya bila bangunan rumah penduduk
sangat rapat maka akan mempengaruhi ketenangan dan kosentarasi dalam belajar,
sebaliknya apabila keadaan rumah penduduk tidak rapat maka akan menambah
semangat belajar karena adanya rasa nyaman dan adanya suasana yang tenang.
b. Sosial
Lingkung sosial seperti keluarga masyarakat dan sekolah
sangat berpegaruh terhadap perkembangan indifidu. Lingkungan yang baik akan
memberikan dorongan kepada individu untuk berbuat baik, sebaliknya lingkungan
yang buruk akan mendorong individu untuk melakukan perbuatan buruk pula.
1. Keluarga
Lingkungan sisial yang lebih banyak berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah lingkungan keluarga. Sifat – sifat kedua orang
tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, demongrafi keluarga (
letak rumah ) semuanya akan dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap
individu dalam belajar. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam
memngelola keluarga ( family management practices ) yang keliru, seperti
kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat memberikan dampak yang
buruk terhadap anak tersebut. Dalam hal ini bukan saja anak tidak mau belajar
melainkan ia juga cenderung berprilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang
yang berat seperti anti sosial ( patterson dan loeber, 1984 )
2. Masyarakat
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat.
Kondisi masyarakat yang kumuh yang serba kekurangan akan sangat mempengaruhi
aktifitas dan semangat belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan
menemukan kesulitan ketika meminjam alat – alat belajar tertentu yang belum
dimilikinya dan akan mengurangi motivasi belajarnya.
Jika masyarakan disekitar terdiri dari orang – orang yang
berpendidikan, hal ini akan mendorong lebih giat belajar bagi siswa.
3. Sekolah
Kedaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
perkembangan individu. Kualitas guru,
metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan
fasiltas belajar, keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas, pelaksanaan tata
tertip sekolah, itu semua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
individu.
B. Faktor Dalam
a. Psikologis.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu. Namun faktor psikologis yang umum yang
dipandang lebih esensial adalah 1) tingkat kecerdasan / inteligensi; 2) Sikap
3) Minat 4) Motivasi.
1. Inteligensi
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dangan cara yang tepat. ( Reber, 1988 ). Jadi sebenarnya intelejensi bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ – organ tubuh
lainnya.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tidak dapat
diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan dan perkembangan
individu. Ini bemakna semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa akan
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi
seseorang adalah:
a) Pembawaan
b) Kematangan
c) Pembentukan (
segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi
)
d) Minat dan
pembawaan yang khas
e) Kebebasan
2. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afaktif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau memperoses dengan cara yang relatif tepat
terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif ataupun
negatif. Sikap siswa yang positif tertama pada penganjar dan mata pelajaran
yang diajarkan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa
tesebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap pengajar dan materi pelajaran
adapat menimbulkan kesulitan belajar siswa trsebut apalagi jika diiringi
kebencian terhadap pengajar dan mata pelajaran yang diajarkan.
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif
siswa seperti tersebut diatas, guru dituntut untuk terlibat dahulu menunjukkan
sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi
vaknya. Dalam hal bersikap posistif terhadap mata pelajarannya, seorang guru
sangat dianjurkan untuk senantiasa mengargai dan mencintai profesinya. Guru
yang demikian tidak hanya menguasai bahan – bahan yang terdapat dalam bidang
studynya, tetapi juga mampu menyakinkan kepada para siswa tentang manfaan study
itu bagi kehidupan mereka. Dengan meyakini manfaat bidang study tertentu, siswa
akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul
positif terhadap bidang study tersebut sekaligus terhadap guru yang
mengajarnya.
3. Bakat
Secara umum bakat ( aptitude ) kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (
Chaplin, 1972; Reber 1988 ). Dengan demikian sebenarnya setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing. Jadi secara global bakat itu
mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang mempunyai
intelijensi tinggi ( superior ) disebut juga talented child, yakni anak
berbakat.
Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tampa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan pelatihan.seseorang yang berbakat dalam bidang elektro
misalnya, akan jauh lebih cepat menyerap informasi, pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa
lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus ( specific aptitude ) yang
kono tidak dapat dipelajarai yang merupakan karunia inborm ( pembawaan sejak
lahir )[6]
4. Minat
Secara sederhana minat dapat diartikan kecenderungandan
kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber ( 1988 ), minat tidak termasuk
istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor – faktor internal lainnya misalnya motivasi, keingintahuan, dan
kebutuhan.
Namun terlepas dari itu, minat seperti yang difahami yang
dipakai orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang study
tertentu. Umpamanya siswa yang menaruh minat yang besar terhadap pelajaran
matematikan akan lebih memusatkan perhatianya terhadap pelajaran itu dibanding
dengan orang lain.[7]
5. Motifasi
Pengertia dasar motivasi adalah keadaan internal individu
yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti
pemasok daya ( energizer ) untuk bertingkah laku secara terarah ( Gleitman,
1986; Reber 1988 ).
Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dibagi menjadi dua
macam yaitu : 1) Motivasi Intrinsik; 2) Motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Termasuk dalam
motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap
materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang
datang dari luar individu yang dapat mendorong untuk melakukan belajar.
Pujian, hadia, suri teladan orang tua,
guru dan seterusnya merupakan contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat
mendorong siswa untuk belajar.
Kekurangan dan ketiadaan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik akan menyebabkan kurang semangatnya siswa dalam proses belajar baik
di sekolah maupun dirumah.
b. Sifat
keturunan / Hereditas
Masing – masing individu lahir didunia ini dengan suatu
hereditas tertentu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan
biologis karakteristik individu dari orang tunnya. Peristiwa ini terjadi
melalui proses genetis. Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil
interaksi antara hereditas dan ligkungan.
Hereditas sangant berpengaruh terhadap proses perkembangan
individu. Seseorang dari keturunan berpendidikan akan cenderung menjadi orang
yang berpendidikan dibanding seseorang dari keturunan orang yang tidak
berpendidikan.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan komentar serta kritik dan saran yaa...
Silahkan copas, tapi tetap cantumkan alamat blognya.
Semoga Bermanfaat